“Assalamu'alaikum wr. Wb. Semoga Allah beri perlindungan selalu. Selamat datang di website SMPIT Tsamrotul Fuad Pemalang. Selamat menjelajahi kegiatan di sekolah kami. Info pendaftaran Jaring Generasi Emas sudah dibuka. HANYA DIBUKA UNTUK 60 SISWA. Mari bergabung bersama kami untuk cetak Generasi qur'ani.
Hallo SMP IT
Message text!
Bina Pribadi Islami
NEWS UPDATE :  

Bina Pribadi Islami

MEMBACA PRAMUKA DARI SUDUT BUDAYA

Oleh Hananto Widhiaksono, S.Sos
Ketua Pinsakoda Pramuka SIT Jawa Tengah

Sebagai seorang Pramuka saya berani menyatakan diri sebagai Pramuka Sejati. Hampir semua keluarga kami adalah Pramuka dan kami menapaki langkah sebagai Pramuka dari Siaga, Penggalang, Penegak hingga  Pandega. Sampai-sampai dalam pembentukan keluarga, saya mendapat keluarga besar ternyata juga keluarga Pramuka. Ayah Mertua seorang Pelatih Pramuka sebagaimana ayah kami, istri pun juga seorang Pramuka. Pramuka boleh dikata sudah menjadi kultur dalam keluarga kami. Oleh sebab itu pada hari Pramuka ke-60 ini, kami ingin menulis tentang Pramuka dari sudut budaya.

Pramuka sesuai UU Gerakan Pramuka nomor 20 tahun  2010 pada pasal 11 menyebutkan Pendidikan kepramukaan dalam Sistem Pendidikan Nasional termasuk dalam jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan  nilai-nilai Gerakan Pramuka dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup.
Secara singkat pendidikan kepramukaan bertujuan untuk pembentukan karakter, kebangsaan dan kecakapan. Bagi anggota dewasa seperti pembina, pamong, instruktur dan pelatih harus memahami ini. 

Pramuka bukan hanya membentuk karakter tapi juga pembentukan jiwa kebangsaan dan membekali kecakapan. Tiga bekal inilah yang kita berikan kepada para peserta didik anggota muda Gerakan pramuka dari Siaga, Penggalang, Penegak hingga Pandega. Terkait pembentukan karakter maka hal ini bisa kita lihat bahwa pada Gerakan Pramuka berupaya menanamkan nilai hidup pada peserta didik dalam wujud kode moral dan kode kehormatan Gerakan Pramuka berupa satya dan darma Pramuka. Pada Siaga melalui Dwi Satya dan Dwi Darma. 

Pada pramuka Penggalang, Penegak, Pandega termasuk anggota Dewasa Gerakan Pramuka adalah Tri Satya dan Dasa Darma. Tri Satya, didalamnya tercantum kata-kata sebagai berikut:
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh :
1. Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menjalankan Pancasila.
2. Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat
3. Menepati Dasa Darma


Setiap kali seorang Pramuka mengucapkan Tri Satya dalam sebuah upacara pelantikan maka serta merta Pramuka yang lain menghormat kepadanya tanpa harus diperintah. Hormat yang diberikan ini bukan hanya untuk menghormat yang bersangkutan tetapi lebih kepada keberaniannya dalam mengucapkan janji yang bila tidak ditepati maka ia akan kehilangan jati diri dan kehormatannya. 

Penanaman nilai Satya dan Darma perlu lebih ditekankan kembali pada saat sekarang. Sering sekali saya sebagai pembina, melihat dalam sebuah kegiatan latihan atau perkemahan para Pramuka dengan mudahnya meninggalkan kewajiban shalat padahal itu adalah salah satu kewajibannya terhadap Tuhan. Kegiatan-kegiatan yang dilangsungkan kadang-kadang atau bahkan sering melanggar dan melabrak waktu-waktu shalat. Maka Bagaimanakah Apabila kewajiban pertama yang harus dilaksanakan tetapi ditinggalkan? Tentu diragukan kemampuannya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang lain.

Hal menarik bagi kami adalah bagaimana bahwa kecakapan adalah bagian dari tujuan Pendidikan kepramukaan. Orang yang cakap adalah orang yang punya keterampilan. Orang yang punya keterampilan maka hidupnya akan mudah. Siap menghadapi hidup bagaimanapun sulitnya kehidupan. Seorang yang punya keterampilan mempunyai kemampuan hidup untuk membantu orang lain. Ada sebuah kisah menarik yang biasa kami sampaikan kepada peserta didik sebagai bingkai dalam kegiatan latihan kami saat melatih tali temali.

 Sebuah kisah nyata yang terjadi di Air terjun Niagara. Cerita ini tertulis dalam buku Scouting For Boys karya Bapak Pandu Dunia Lord Baden Powell. Cerita tersebut kurang lebih demikian, ada satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang sedang berwisata di air terjun Niagara. Saat itu sungai di air terjun Niagara sedang dalam kondisi beku dan menjadi es.

 Sehingga satu keluarga tersebut berjalan di atas sungai yang telah menjadi es. Namun, tidak disangka terjadilah es tersebut retak dan membuat satu keluarga tadi jatuh ke dalam sungai dan terbawa arus. Para pengunjung lain yang melihat kejadian berupaya menolong. Dan ada kesempatan untuk menolong saat berada dibawah jembatan. 

Kemudian beberapa penolong melemparkan tali ke pada keluarga korban. Sang Ayah yang bisa menangkap tali kemudian berhasil mengikatkan tali kepada si anak namun saat diangkat tali terlepas dan kemudian si anak akhirnya terjun bebas dan hanyut terbawa sungai, tali kemudian dilemparkan pula pada sang ibu yang kemudian juga diikat oleh sang ayah. Namun kejadian yang sama berulang sang ibupun jatuh dan kemdian juga meninggal. 

Tinggal sang ayah yang tersisa namun saat akan menali dirinya sang ayah ayah sudah kedinginan dan mungkin terkena hypothermia dan akhirnya juga meninggal. Apa yang bisa diambil dari hikmah certita diatas? Bahwa kemampuan tali temali sederhana sangat diperlukan. Sebagaimana kita ketahui tali temali yang diajarkan oleh pramuka adalah tali umum yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 

Tali yang mudah diikatkan dan juga mudah untuk dilepaskan. Bayangkan bagaimana dapat terselamatkan satu keluarga tadi bila sang Ayah mempunyai kemampuan tali temali yang bagus, atau  penolong sudah membuat simpul dan sang Ayah tinggal mengikatkannya pada sang anak dan ibu, tentu banyak yang akan terselamatkan.

Tentang kebangsaan  ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam Pendidikan karakter. Nilai kebangsaan menjadi nilai budaya dalam Pramuka yang tidak terpisahkan. Secara mentifat tertuang dalam Trisatya bahwa seorang Pramuka dalam janjinya akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibannya kepada Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 Secara sosiofact tampak pada penamaan golongan peserta didik yang berasal dari sejarah perjuangan bangsa. Mulai dari penyiagaan kemerdekaan (Siaga), penggalangan persatuan bangsa (Penggalang),  hingga masa penegakan kemerdekaan bangsa Indonesia (Penegak)  hingga setelah merdeka kita harus memandegani pembangunan kemerdekaan (Pandega). Dalam upacara-upacara latihan pramuka semua golongan maka selalu melakukan penghormatan kepada Bendera Merah Putih dan juga pelafalan Pancasila. Secara artefact, wujud  kebangsaan ada pada setangan leher merah putih yang merupakan warna bendera Republik Indonesia.

 Dalam Pramuka juga sangat mengangkat kebhineka tunggal ikaan dengan saat ini Gerakan Pramuka telah mengakomodir adanya Satuan Komunitas yang merupakan organisasi pendukung Gerakan Pramuka yang berasal dari berbagai golongan masyarakat berbasis profesi, aspirasi dan agama. Tentu ini adalah upaya kemajuan Gerakan Pramuka untuk mendukung kebhinekaan yang ada di Indonesia dan disatukan melalui Gerakan pramuka.

Itulah beberapa wujud budaya berupa mentifact, sosiofact dan  artefact dalam pendidikan kepramukaan dan bagi kami adalah sebuah pendidikan berharga sebagai bekal untuk menghadapi masa depan. 

Selamat Hari Pramuka, Jaya Pramuka, Jayalah Indonesia.